NAMA : RACHMAT SOLIHIN
NPM : 25112834
KELAS : 3KB05
Bahasa Indonesia adalah alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan, baik dari segi suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya yang masing-masing memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena itu, keberadaan bahasa Indonesia sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia merupakan penunjang aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia tidak saja bermanfaat sebagai bahasa perantara dan bahasa resmi, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pemersatu bangsa. Sebagai sarana pemersatu dan alat yang digunakan masyarakat Indonesi untuk melakukan interaksi sosial, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki peranan vital untuk menumbuhkan rasa persatuan antara masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia telah berhasil mempersatukan beragam suku di Indonesia yang biasanya bertutur dengan bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian, sekiranya dapat dikatakan pula bahwa bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial maupun politik bangsa Indonesia.
Kalau kita cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Seperti kita ketahui, ilmu tentang cara berpikir adalah logika. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang menyangkut penghitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berpikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.
Sejalan dengan uraian di atas dapat diformulasikan bahwa makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya. Makin teratur bahasa seseorang, maka makin teratur pula cara berpikirnya. Dengan berpegangan pada formula itulah, dapat dikatakan bahwa seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang intelektual pasti berpikir, dan proses berpikir pasti memerlukan bahasa.
Namun pada saat perubahan zaman serpti saat ini penggunaan bahasa baru yang tidak sesuai faedah bahasa sering digunakan dikarenakan dianggap lebih sesuai dengan hasrat seseorang yang mengucapkan bahasa “gaul” mereka . oleh karna itu kata kata Gaul dan alay Jaman Sekarang sangat booming. Contohny
Kepo
Kepo artinya orang yang selalu mau tahu urusan orang lain
dalam segala hal.
Contohnya nih yaa, “Cantik, namanya siapa? Kamu anak SMU
Primadona itu ya? Yang kalo berangkat sekolah dianter abang
kamu itu kan? Boleh minta nope nya nggak ni? Blablablaa.” Dan si
cewek pun jawab, “KEPO banget sih lo jadi orang!”
Yah, begitulah, kurang lebih. Hohoho.
Kamseupay
Siapa sih yang nggak kenal kata ini? Kamseupay adalah singkatan
dari kampungan sekali udik payah.
Jadi kalo ada teman kamu yang ngatain kamu kamseupay,
langsung jawab aja yaa “Masalah buat elloo?!?” Wkwk 😀
Kamsud
Ada yang tahu artinya kamsud? Maksudnya apa sih? Kamsud
artinya tak lain adalah maksud. Cuman pembalikan konsonan aja.
Kamsud = maksud. Paham kan? 🙂
Kece
Kece. Hmm, kedengarannya nggak asing. Pasti udah pada tahu
kan ya? Yupp. Kece itu istilah yang dipakai buat menggambarkan
kalau seseorang itu keren. Atau bisa dibilang, kece itu istilah lain
dari keren.
Misalnya, “Cowok yang nggak ngerokok ituuu, kece banget
nggak sih?” Nah!
Kicep
Apaan tuh kicep? Hm, jadi begini. Kicep itu artinya diam atau
mematung. Istilah kicep biasanya dipakai kalo seseorang itu malu,
atau nggak tahu apa yang musti dilakuin.
Contohnya, “Sumpah langsung kicep gue begitu dengar kalo
mereka jadian!”
Mungkin, bisa dibilang, kicep itu istilah lain dari speechless. Hehe.
Koplak
Koplak ini diadaptasi dari bahasa jawa. Artinya kurang lebih
adalah lucu atau gokil. Tapi bahasanya agak lebih kasar, jadi agak
terkesan menghina.
Misalnya, “Woo tu anak koplak banget sumpah, siang bolong
begini pakai jas hujan.”
Ciyus
Nah loh, apa sih sebenarnya maksud kata-kata ini. Kayaknya
nggak asing banget, tapi maksudnya apaan? Ciyus itu,
maksudnya serius. Cuman pengucapannya dibikin sok imut gitu.
Duh malah kayak anak latihan ngomong yah? Ciyus deh. Wkwk.
Kurang lebih nya seperti itu bahasa yang baru mereka ciptakan dari komunitas mereka sendiri dan lebih spesifik pada maksud maksud tertentu.
“Bahasa Itu Menunjukkan Bangsa”. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa cara masyarakat menggunakan bahasa menunjukkan cara berfikir masyarakat. Mengapa demikian? Karena bahasa adalah hasil dari sebuah pemikiran. Seperti dikatakan Stephen R Covey, seorang pakar psikologi menyatakan, bahwa suatu ucapan (hasil bekerjanya lidah dan bibir) itu terlahir sebagai hasil dari proses berfikir (pikiran).
Setidaknya ada 5 hal yang harus digarisbawahi tentang bagaimana masyarakat Indonesia menggunakan bahasanya. Diantaranya sebagai berikut :
- Bahasa global yang menggejala
Pengaruh yang sangat dirasakan oleh kita adalah bagaimana bahasa menjadi terpengaruh. Pengaruh yang timbul salahsatunya tampak dalam penggunaan bahasa yang bercampur-campur baik itu bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, bahasa Indonesia dengan bahasa asing bahkan penggunaan bahasa Indonesia disampur dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Contoh sederhananya adalah bagaimana pemuda di kota menggunaka kata “Gue” dan “Loe”sebagai penggati “saya” atau “aku” dan “kamu”. Gejala ini ternyata tidak hanya terjadi di kota besar. Pengaruh ini sampai ke pelosok-pelosok negeri akibat derasnya arus informasi. Tidak hanya sampai disini. Bahasa Indonesiapun kerap kali digabungkan dengan bahasa Inggris.
- Bahasa “Asal Nyambung”
Alasannya bahasa adalah alat komunikasi jadi tidak perlu dipersulit bagaimana cara menggunakannya. Padahal bahasa lebih dari sekedar alat komunikasi. Jauh dari itu Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Oelh karna itu sikap bangga terhadap bahasa Indonesia harus ditumbuhkan di setiap dada orang Indoensia. Namun kenyataan yang terjadi adalah banyak diantara Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”. Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
- Penggunaan bahasa asing yang tidak tepat
Masalah yang tidak kalah besar yang dihadapi bahasa Indonesia saat ini adalah merebaknaya penggunaan bahasa asing. Penggunaan bahasa asing yang cukup dominan di negeri ini menyebabkan kita bertanya-tanya, apa kekurangan bahasa Indonesia sehingga kita harus menggunakan bahasa asing dengan mentah-mentah. Penggunaan bahasa asing ini bukan hanya pada bahasa tulis seperti yang banyak tertera pada nama-nama mal, perumahan, berbagai merk produk, dan lain sebagainya. Namun juga penggunaan bahasa asing dalam berbahasa lisan. Kita bisa melihat setiap hari ditelevisi banyak tokoh publik menggunakan bahasa asing.
- Sikap tak acuh dalam berbahasa Indonesia
Dengan sedemikian kencangnya arus perubahan zaman. Pengguna bahasa Indonesia belum sampai pada titik kesadaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti yang dikatakankan oleh Sitor Situmorang bahwa orang Indonesia ’malas’ untuk mencari padanan kata dan istilah asing, istilah yang ada diserap mentah-mentah. Hal ini ditegaskan lagi oleh pernyataan Franz Magnis Suseno S.J., menurutnya salah satu faktor yang menyebabkan rata-rata orang Indonesia buruk dalam berbahasa Indonesia adalah sifat malas berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat dan benar sesuai kaidah dalam bahasa Indonesia. Keadaan ini menyebabkan bahasa Indonesia mengalami perkembangn yang tidak menggembirakan. Bila sikap ini tidak segera diubah maka bukan tidak mungkin kedepannya bahasa Indonesia akan menjadi bahasa pasaran yang tidak memiliki identitas.
- Meluapnya Bahasa Eufisme dan Sarkasme
Satu lagi yang menyebabkan bahasa Indonesia semakin terpuruk adalah banyaknya penggunaan bahasa-bahasa eufisme yang berbau muatan politis dan merebaknya bahasa-bahasa sarkaseme yang membuat citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak bermoral. Para politisi yang menggunakan bahasa eufisme untuk mengalihkan perhatian rakyat pada kenyataan sesungguhnya menyebabkan bangsa Indonesia menjadi karakter bangsa pembohong. Bagaimana tidak ketika bahasa dijadikan jembatan untuk menipu rakyat. Lalu korelasinya dimana. Pemimpin dalam hal ini pemerintah adalah cermin dari karakter bangsa. Jadi setiap tindakan dan perbuatan mereka akan menjadi contoh bagi siapapun yang dipimpinnya. Satu lagi yang amat memperihatinkan adalah bahasa sarkasme, yaitu bahasa-bahasa kasar yang digunakan untuk menghujat orang atau lembaga lain seperti Ungkapan-ungkapan maling, preman politik, biang kerok, Presiden segera dibawa ke Psikiater, Presiden bohong, gak dadi presiden gak pathe’en, Presiden Tak Jewer, negeri seperti keranjang sampah, institusi busuk dan sebagainya muncul di kalangan politisi negeri ini
‘
DAFTAR PUSTAKA
http://prezi.com/8d5umslwfhkv/fenomena-penggunaan-bahasa-gaul/